A. CACING TANAH
1. Klasifikasi Cacing Tanah.
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Class : Clitellata
Order : Haplotaxida
Family : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Species : Lumbricus rubellus
Phylum : Annelida
Class : Clitellata
Order : Haplotaxida
Family : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Species : Lumbricus rubellus
2. Manfaat Cacing Tanah :
- Cacing tanah dapat membantu mengolah sampah dapur menjadi kompos yang baik untuk tumbuhan. Cacing tanah mampu mengubah bahan organik yang dimakan menjadi kotoran (castings) dan urine (worm tea). Kandungan urea dalam urine cacing adalah pupuk alami yang baik. Terlebih kotoran cacing mengandung nitrogen, fosfor, magnesium, potasium, dan kalsium yang penting untuk pertumbuhan tanaman.
- Tubuh cacing tanah yang terdiri atas 70% protein adalah sumber makanan bergizi tinggi bagi hewan ternak dan peliharaan seperti ayam, bebek, ikan, sidat, dan burung.
- Kegiatan menggali yang dilakukan cacing tanah mampu menciptakan sistem drainase alami, meningkatkan jumlah udara dan air dalam tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur dan baik untuk ditanami semua jenis tanaman.
3. Jenis-jenis Cacing Tanah
Cacing tanah oleh beberapa praktisi dikelompokan berdasarkan warnanya
yaitu kelompok merah dan kelompok abu-abu. Kelompok warna merah antara lain
adalah Lumbricus rubellus (the red woorm), L. terestris (the
night crawler), Eisenia foetida (the brandling worm), Dendroboena,
Perethima dan Perionix. Sedangkan kelompok abu-abu antara lain
jenis Allobopora (the field worm) dan Octolasium (Listyawan, et.al.
1998). Pada dasarnya cacing tanah adalah organisme saprofit, bukan parasit dan
tidak butuh inang. Ia murni organisme penghancur sampah.
B. CACING TAMBANG
Cacing ini memiliki dua jenis
yaitu Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Disebut cacing tambang
karena dahulunya banyak ditemukan pada buruh tambang di Eropa. Necator
americanus menyebabkan penyakit nekatoriasis dan Ancylostoma
duodenale menyebabkan penyakit ankilostomiasis. Kedua jenis cacing
ini banyak menginfeksi orang-orang di sekitar pertambangan dan perkebunan. N.
americanus dan A. duodenale hidup di rongga usus halus dengan mulut melekat
pada daging dinding usus.
Tubuh Necator americanus mirip
huruf S. Panjang cacing betina kurang lebih 1 cm. Setiap satu cacing dapat
bertelur 9000 ekor per hari. Sementara itu panjang cacing jantan kurang lebih
0,8 cm. Ancylostoma duodenale lebih mirip dengan huruf C. Setiap ekor
Ancylostoma duodenale dapat menghasilkan 28.000 telur per hari.
Siklus
hidup cacing tambang dimulai dari manusia yang terinfeksi cacing tambang
- Dari cacing dewasa betina yang berada di usus halus akan keluar telur yang akan terbawa keluar dari tubuh manusia bersama dengan tinja.
- Setelah 1 sampai 1.5 hari dalam tanah, telur akan menetas di sekitar tinja tahap ini cacing menjadi larva yang disebut Larva Rabditiform.
- Dalam waktu tiga hari Larva Rabditiform akan tumbuh menjadi Larva Filaform. Larva Filaform dapat bertahan hidup selama 7 sampai 8 minggu di tanah. Larva ini sudah dilengkapi dengan kait tajam yang bisa menembus kulit.
- Setelah menembus kulit, larva ini akan mengikuti aliran darah menuju ke jantung dan ke alveolus paru-paru.
- Di dalam alveolus paru-paru, larva bergerak ke saluran bronchus yang akhirnya menuju ke trachea hingga sampai di faring.
- Setelah sampai di faring, larva akan bergerak ke kerongkongan dan selanjutnya ikut masuk ke dalam usus karena tertelan bersama makanan atau yang lain. Di dalam usus halus cacing akan menjadi cacing dewasa.
- Selain infeksi terjadi bila Larva Filaform masuk lewat kulit infeksi ini juga bisa terjadi apabila Larva Filaform langsung ikut tertelan bersama makanan. Dalam hal ini manusia tanpa sengaja memakan larva cacing ini karena setelah memegang tanah tidak mencuci tangan dan langsung makan.
sumber :
http://adearisandi.wordpress.com/2012/06/21/cacing-tanah/
http://seputarcacing.blogspot.com/2013/05/cacing-tambang-atau-necator-americanus.html
http://adearisandi.wordpress.com/2012/06/21/cacing-tanah/
http://seputarcacing.blogspot.com/2013/05/cacing-tambang-atau-necator-americanus.html
Categories: BIOLOGI UMUM
0 Comments:
Post a Comment